Monday, June 18, 2007

13


[by wayan diananto]
13. seolah menjadi angka yang sial dan layak untuk dihindari. Coba bayangkan, saya mencatat lebih dari tiga film yang menggunakan angka 13 dan ujung – ujungnya adalah kenaasan yang dialami tokoh dalam skenario layar putih. Apollo 13 dari Holywood dan Friday the 13 maupun 13 ghost. Sementara kubu film domestik menyumbang bangsal 13 dan gerbang 13.

Saya sebenarnya emoh untuk melihat Lantai 13, mengingat tidak ada ‘nama yang menjamin’ film ini. Tapi toh, tidak ada salahnya melihat Widi Mulia yang sempat memikat hati saya dalam film “sayekti dan hanafi”
13 Jenis Film HORROR Pemain WIDI MULIA (AB THREE), ARIYO WAHAB, VIRNIE ISMAIL, LUCKY HAKIM, TIO PAKUSADEWO Sutradara HELFI CH KARDIT Penulis HELFI CH KARDIT Poduser CHAND PARVEZ SERVIA Produksi STARVISIO Lalu bagaimana jika dia ditantang dalam film yang menjadikan para lelembut sebagai daya pikat? Tokoh yang patut dicuriagi dan menjadi pemegang kunci skenario konflik dalam film ini sudah muncul sejak menit – menit awal. Ia hadir disertai dengan score yang lumayan memberi klu. Yang menarik dan membuat kita sedikit memperoleh pencerahan adalah ‘warna’ film yang cerah dan terang. Seperti layaknya film – film drama. Lebih dari 50% mungkin didominasi warna cerah. Adegan – adegan pemicu rasa kaget ditempatkan dalam scene – scene yang asyik. Beberapa tokoh pelengkap malah memainkan peran dengan sangat memikat dan sukses mencuri perhatian penonton. Sebutlah Dawiyah ExtravaganzABG dan Ivy Batuta yang gemilang memasukan “scene komedi” di kantor Imeprium Visi Tama. Adegan dua orang tersebut bersama Luna (Widi Mulia) bisa jadi melumerkan rasa takut penonton meski sejenak, tanpa keluar dari grand desain horornya. Segar dan menggelitik, salah satunya karena saya teringat pada Nyi ‘Rizka’ Blorong saat melihat tingkah Dawiyah. Akting Widi Mulia cukup apik, memang tidak mudah mengubah air muka yang semula tenang menjadi tertekan dan ketakutan. Hal ini diperparah dengan skenario yang lumayan acakadul. Bahkan aktor sekelas Tio Pakusadewo pun tampak kurang all out dalam berdialog. Yang menurut saya agak mengecewakan malah Ariyo Wahab, kurang mampu menjadi ”payung” saat beradu chemistry dengan tokoh Luna. Sementara aktris kawak Bella Esperance memang menunjukkan kharismanya sebagai orang lama di dunia akting. Inti ceritanya adalah Luna menerima panggilan kerja di Lantai gedung Imeperium Visi Tama. Sayangnya, tidak ada lantai 13 di gedung tersebut. Sementara firasat dan kejanggalan mulai terasa, sampai klimaksnya saat Luna mengambil data karyawan di ruang sekretaris senior, ibu Fransisca, disanalah dia menyadari sebuah ancaman besar bagi nyawanya.Sayang, akhir cerita tidak diselesaikan dengan apik, banyak adegan yang rasanya lamaaaa banget dan kurang greget. Percakapan Lukman Hakim, Tyo, Virni dan Widi kayak terlihat saling menunggu dan emosinya kurang hidup, malah seperti terlihat ”bingung.” Ditambah dengan dialog yang terasa sangat 90-an. Meskipun kabarnya Lantai 13 mirip dengan film Cina, tapi ide menjadikan panggilan kerja sebagai link yang menghubungkan manusia dengan ’bangsa lelembut’ cukup apik dibanding film – film horor yang belakangan menjamur. ”Kecerahan” dalam banyak scene memang membuat film ini tampak lain. Yang agak mengganggu memang munculnya Mail OB sebagai security. Barangkali kehadirannya sekadar intermezo saja dan mengingatkan saya pada tokoh Bokir di era Suzzanna. Secara keseluruhan film ini mencerahkan khususnya bagi saya yang baru saja tersiksa pada hari kamis malam jumat kliwon.

No comments: