Tuesday, September 25, 2007

Hot Fuzz: Action Terpanas


by hery subyanto

Film ini menurutku merupakan salah satu film aktion terbaik tahun ini, sampai di bulan September ini. Satu tingkat lah dengan Bourne, tapi setingkat lebih bagus dibandingkan Die Hard 4.
Mungkin bagi yang sudah terlalu biasa dengan film action suguhan Hollywood agak kurang sabar melihat film ini.


Film ini memang bukan buatan Hollywood tapi Inggris dengan bintang-bintang yang secara fisik kurang meyakinkan untuk sebuah film action. Itulah film Inggris yang lebih menekankan pada karakter
tokoh-tokohnya.

Seperti umumnya film Inggris, pada awalnya film ini memang berjalan terlalu pelan untuk ukuran film action. Tapi disitulah asyiknya film
Inggris, karena biasanya kita disuguhi sesuatu yang menarik di akhir film.

Aku seneng banget dengan film ini karena penuh dengan kejutan. Dalam sebuah adegan kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sutradara seakan-akan mengolok-olok persepsi kita akan film action yang ada selama ini. Terutama film action produk Hollywood.

Bagi yang pernah melihat Shaun of the Dead yang ditangani sutradara dan penulis yang sama, kejutan yang ada mungkin sedikit berkurang kadarnya. Film Shaun of the Dead, sutradara dan penulis cerita
menampilkan zombie yang dibalut humor cerdas.

Dalam Hot Fuzz juga begitu. Humor yang ditawarkan cerdas banget. Tentu dengan gaya Inggris yang suka mengolok-olok diri mereka sendiri.

HOT FUZZ
Director: Edgar Wright
Cast : Simon Pegg ... Nicholas Angel, Martin Freeman ... Met Sergeant, Bill Nighy ... Met Chief Inspector
Additional Details
Also Known As: Blue Fury (UK), Bubblin' Fizz (UK) , Dead Right (UK), Hot Fuzz (France) Runtime:
121 min


Film menjadi sangat seru ketika memasuki 30 menit terakhir, yakni setelah identitas penjahatnya terungkap. Identitas penjahat disini merupakan kejutan terbesar dari film ini. Benar benar tidak disangka. Menurutku gaya bertutur film ini mirip dengan gaya Agatha Christie. Petunjuk identitas penjahatnya tersebar hampir sepanjang film.

Catatan buat yang mau melihat film ini, anggaplah serius semua adegan yang ada, meskipun kelihatannya tidak penting. Perlakuan tokoh protagonis kepada antagonis juga nggak tanggung-tanggung. Kondisi terdesak ya langsung sikat saja tanpa melihat kondisi penjahatnya.

Film ini bener-bener keren dan mempunyai tingkat
hiburan yang tinggi. Pokoknya wajib tonton. Dan jangan lupa perhatikan cameo yang muncul di film ini.

Daywatch: imajinasi liar dari Rusia


[by hery subyanto]

Film produksi Rusia ini merupakan bagian kedua dari film yang rencananya dibuat trilogi.

Judul pertamanya Night watch telah dirilis tahun lalu. Sayang sekali
aku belum melihatnya. Seri kedua ini di Rusia penjualan tiketnya melampaui film-film box office dari Amerika, macam Spiderman 3 dan Pirate 3. Bisa dibayangkan kan bagusnya film ini. Review yang ada
juga memberikan poin lebih terhadap Day Watch dibandingkan dengan film-film sekuel produk Hollywood.

Ceritanya biasa, yakni pertarungan antara yang baik dan buruk. Film menjadi luar biasa karena dikemas dengan gaya yang berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh Hollywood.

Karakter tokoh utamanya aneh banget. Melihat polah tingkah dia, kita jadi tidak yakin cerita akan mengalir kemana. Beda banget dengan
karakter hero di film Hollywood. Tokoh utama disini digambarkan labil banget, suka ceroboh. Padahal disini dia punya tugas berat, yakni selain menyelamatkan anaknya dia juga harus menghindarkan dunia dari kegelapan.

Day Watch (Russia)
Release Date: June 01, 2007

Director: Timur Bekmambetov
Writer: Timur Bekmambetov
Starring: Konstantin Khabensky Aleksei Chadov Yuri Kutsenko Igor Lifanov Sergei Lukyanenko Rimma Markova Vladimir Menshov and Mariya Poroshina
Studio: Fox Searchlight


Penjahatnya juga aneh. Musuh di depan mata juga gak segera dibunuh malah dibiarkan mabuk! Yang menarik pertentangan antara baik dan buruk ini digambarkan lebih ke pertarungan ideologi. Ada orasinya segala. Pilih kanan atau kiri.

Berbeda (lagi) dengan Hollywood, cerita film ini dieksekusi dengan sangat nyaman. Tidak kanan ataupun kiri. Film ini semakin asyik dinikmati berkat tampilan visual dan aksi yang ditawarkan. Sangat imajinatif.

Sutradara benar-benar mempunyai imajinasi yang liar menurutku. Mungkin efek visual yang ditampilkan tidak seheboh film Hollywood. Tetapi menurutku, efek visual yang ada sangat pas untuk menggambarkan imajinasi liar tadi. Tidak menyangka Rusia bisa membuat film sperti ini. Dan sebuah pengalaman yang mengasyikkan melihat aksi bintang-bintang dari Rusia yang tenyata tidak sedingin yang aku bayangkan. Malah kadang ada sepotong humor yang terselip yang cukup bisa membuat senyum kita tersungging.



Sunday, September 2, 2007

Gambar Film Tersensor






Sebuah cuplikan gambar film yang menarik [setidaknya menurut beberapa orang]
Ini adalah cuplikan gambar film Indonesia yang dibintangi oleh Yurike Prastica yang ketika itu terkenal berani beradegan panas di depan film seluloid. [sampe keteknya yang ga bercukur dan penuh rambut pun berani dia perlihatkan]

Entah, film ini judulnya apa, tapi kayaknya masih ada bau nama-nama Pantai Selatan yang memang sangat terkenal itu.

salam, -wahyu -

Klik Gambar tuk Perbesar

Saturday, September 1, 2007

Seraphim Falls


Balas Dendam yang Melelahkan Letusan senapan itu membelah keheningan Gunung Ruby. Gideon (Pierce Brosnan) pun dibuat mengerang dan bertanya-tanya: Siapa gerangan yang tega membolongi tulang belikatnya di gelap gulita ini?

Seraphim Falls (2007) dibuka dengan Gideon yang berdarah-darah.

Pemain: Pierce Brosnan, Angie Harmon Sutradara: David Von Ancken
Durasi: 115 menit
Produksi: Samuel Goldwyn Films

Kemudian lima orang yang muncul dari balik cemara, salah satunya Morsman Carver (Liam Neeson). Mereka bergerak bak bayangan di tengah hamparan salju putih dengan moncong bedil di tangan. Kelimanya menyasar Gideon yang kala itu kesakitan hebat dan terkaget-kaget. Gideon melawan dengan beringsut menuruni bukit, meninggalkan gundukan kayu bakar yang asapnya masih mengepul. Ia pun kembali bertanya-tanya: Siapa gerangan yang bersusah payah mencarinya ke bukit terpencil ini?

Bukankah perang saudara telah usai?
Ya, perang telah usai bagi Gideon. Karena itulah ia mengasingkan diri ke pegunungan bak seorang petapa. Tapi, bagi Carver, perang baru saja dimulai, paling tidak perang melawan Gideon. Film Seraphim Falls sebetulnya bertitik tolak dari Seraphim Falls, nama sebuah daerah di barat Amerika Serikat, salah satu medan pertempuran sengit antara tentara Union versus tentara Konfederasi saat Perang Saudara AS tahun 1860-an.

Di Seraphim Falls, terjadilah tragedi itu. Tentara Union dipimpin kolonel Gideon menyokok pimpinan tentara Konfederasi, kolonel Carver, di rumahnya. Namun, tentara Union kemudian bertindak gegabah dengan membakar seisi rumah, termasuk membakar Rose (Angie Harmon), istri Carver. Peristiwa ini berlangsung kilat di luar kontrol Gideon. Gideon justru merasa dikibuli anggotanya yang menyatakan bahwa isi rumah sudah dikosongkan. Gideon murka. Carver bersumpah membalas.
Seraphim Falls jelas mengusung tema film-film western klasik, yakni aksi balas dendam.

Toh, penonton tak pernah tahu --bahkan hingga kuarter ketiga film-- bahwa alasan kesumat Carver adalah pembantaian anggota keluarganya.
Sutradara David Von Ancken sengaja menyimpan informasi penting ini dan baru membukanya di ujung film ketika penonton mulai kelelahan. Penonton kelelahan (baca: bosan) oleh aksi kejar-kejaran yang menempatkan mereka bagai penumpang kereta api.

Beringsut dari satu stasiun ke stasiun lainnya, bergerak linear dari titik A ke titik Z. Namun, itulah seluruh isi film Seraphim Falls. Sepanjang 115 menit kita disodorkan aksi kucing-kucingan kelompok pemburu dan buruannya. Tak lebih.
Penembakan Gideon di Gunung Ruby adalah peluit tanda dimulainya drama kejar-kejaran ini. Yang menarik, Gideon hanya memiliki sebilah belati sementara Carver dilengkapi amunisi penuh dan empat pembunuh bayaran. Tapi Gideonlah sang pemenang duel tak seimbang ini. Lihat bagaimana ia melakukannya pada sebuah padang tandus, usai pertempuran panjang yang melelahkan. Ia membedah perut kudanya, ia keluarkan isi perutnya, lantas ia bersembunyi di dalamnya. Di waktu yang tepat, Gideon meloncat dari bangkai kuda sembari menodongkan pistol ke arah jidat Carver. Aksi yang mengejutkan.

Secara keseluruhan Seraphim Falls adalah sebuah film yang amat pendiam. Dialognya amat irit, mencuatkan kekhawatiran bahwa karakter tokoh gagal terbangun secara utuh. Adalah kepiawaian akting Brosnan dan Neeson semata yang mampu mengatasi banyaknya ruang kosong ini. Sorot mata gelap Brosnan menandakan jiwanya yang tersiksa. Sementara pandangan dingin Neeson menunjukkan semangat hidupnya telah pudar kecuali untuk membalaskan kematian keluarganya.
Kepiawaian akting Pierce Brosnan dan Liam Neeson mampu mengatasi 'ruang kosong'.


Toh, penonton rela menunggu lebih dari satu jam untuk sekadar mengetahui akhir dari drama kejar-kejaran ini. Dan, sutradara David Von Ancken menyodorkan sebuah akhir yang mengejutkan. Yakni sebuah akhir surealis yang berisiko.

[sumber Republika Sabtu 1 September 2007]

Cintapuccino Cinta dari Secangkir Kopi


Film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Icha Rahmanti.
Rahmi bingung. Ia harus memilih seorang di antara dua pria, Raka tunangannya atau Nimo, teman satu SMA dan kuliah yang pernah membuatnya jatuh cinta tak berbalas. Kisah tersebut merupakan inti cerita film terbaru SinemArt Pictures berjudul Cintapuccino.

Film layar lebar garapan sutaradara peraih Piala Citra, Rudy Soedjarwo, ini, dijadwalkan beredar di seluruh bioskop Indonesia mulai hari ini, Kamis (30/8).
''Semua orang punya obsesi, bisa apa saja, dan tidak selalu buruk bila diarahkan dengan benar,'' kata Rudy dalam jumpa pers yang digelar usai preview film itu, di Jakarta, pekan lalu. Dalam Cintapuccino ini Rahmi (Sissy Prescillia) terobsesi kepada Dimas Geronimo atau disapa Nimo (Miller). Nimo adalah seorang lelaki yang menjadi teman di masa SMA dan kuliah.

Pertemuan Rahmi dengan Nimo terjadi kali pertama saat ada perkenalan kegiatan ekskul. Obsesi mendapatkan Nimo tertanam di lubuk hati terdalam Rahmi, bahkan sampai ketika sang pria idaman lulus kuliah dan merantau ke Brunei Darusalam untuk bekerja.
Di tengah kekosongan hati, Rahmi lalu berkenalan dengan Raka (Aditya Herpavi) yang berprofesi sebagai seorang wartawan. Hubungan keduanya berlangsung serius. Keduanya kemudian berniat membina hubungan setelah mendapat restu dari keluarga. Keduanya lalu bertunangan.

Namun, lima bulan setelah itu, hati Rahmi dilanda kebimbangan besar untuk menikah dengan Raka, padahal keduanya sudah memesan tempat resepsi dan menentukan undangan.
Kebimbangan itu muncul setelah pertemuannya dengan Nimo yang secara tidak sengaja di sebuah tempat makan. Nimo yang cuti kerja kembali ke Bandung dengan satu tujuan, mencari Rahmi untuk menyatakan bahwa ia juga menaruh hati dan ingin kawan sekolahnya itu menjadi isteri. ''Kenapa baru sekarang?, Kenapa tidak dua tahun lalu? Kenapa tidak lima bulan lalu, Mo?'' Pertanyaan bertubi-tubi itu deras terlontar keluar dari mulut Rahmi. Ia kecewa sekali, karena pria yang diam-diam tidak pernah pergi dari hatinya itu baru mengutarakan cinta, setelah dirinya sudah hampir resmi menjadi isteri orang lain.

Cintapuccino merupakan film drama romantis. Film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama karangan Icha Rahmanti. Tetapi, bagi Rudy Soedjarwo, kisah ini bisa dijadikan sebuah pesan bahwa cinta memang harus memilih dan tidak harus memiliki. Obsesi Rahmi mendapatkan Nimo tidak pernah pupus dan ternyata terwujud, kendati datangnya pada waktu yang nyaris terlambat.

Menurut Rudy, justru di sinilah letak pesan moral yang membentuk orang menjadi dewasa. Betapa pun faktanya sangat menyakitkan, Raka ditampilkan sebagai sosok tegar dan mampu menerima kenyataan. Setelah sempat berbicara empat mata dengan Nimo, Raka menyerahkan keputusan kepada Rahmi, akankah mereka meneruskan rencana naik ke pelaminan?
''Aku tidak ingin kita menikah hanya karena undangan sudah disebar,'' katanya kepada Rahmi, yang mencoba meyakinkan sang tunangan dan dirinya sendiri untuk melanjutkan rencana mereka. Keharusan Rahmi untuk memilih seorang di antara Raka dan Nimo pun dibalut cukup manis oleh Rudy dengan memberi ilustrasi lagu berjudul Maafkanlah karya Bebby Romeo yang dipopulerkan kembali oleh Ahmad Dhani. S'kali lagi maafkanlah, ku tak bisa, tinggalkan dirinya.... demikian penggalan lirik lagu tersebut, yang akhirnya mengantarkan Rahmi ke dalam pelukan Nimo, di akhir kisah. Lalu, cinta Rahmi pun berpindah. Raka menangis, sedangkan Nimo dan Rahmi tersenyum di tempat terpisah.

[sumber Republika Kamis, 30 Agustus 2007
]

Film Presiden Iran


Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad mengatakan ia tidak memiliki keberatan pada prinsipnya jika sutradara penerima-Oscar Oliver Stone ingin membuat film mengenai dirinya.

Laporan media Barat mengatakan sutradara AS itu, yang telah membuat film mengenai mantan presiden AS John F. Kennedy dan Richard Nixon, ingin memproduksi sebuah film mengenai Ahmadinejad, seorang pengecam keras kebijakan AS di Timur Tengah.

Ketika ditanya bagaimana ia akan menangapi permintaan itu, Ahmadinejad mengatakan pada satu konferensi pers:
"Saya tidak memiliki keberatan, berbicara secara umum, tapi mereka harus membiarkan saya mengetahui bagaimana kerangka kerjanya. Mereka harus berbicara pada teman-teman saya...berbicara terutama, saya tidak memiliki keberatan." Stone telah membuat film yang menyuarakan frustrasi generasi Perang Vietnam dan pada Mei mengungkapkan sebuah iklan politik yang minta penarikan tentara AS dari Irak, permintaan yang Ahmadinejad secara tetap minta.

Ahmadinejad, anak laki-laki seorang pandai besi, tumbuh melalui jajaran Garda Revolusi yang menggerakkan Iran secara ideologis, menjadi walikota Teheran dan memenangkan kepresidenan pada 2005, berjanji untuk membagi kekayaan minyak Iran secara lebih adil.


[Rabu, 29 Agustus 2007 l reuters/antara/]