Monday, October 15, 2007

Zodiac, Kisah Panjang Dalam Durasi Panjang


[by hery subyanto]

David Fincher merupakan salah satu sutradara favoritku, karena selalu menghasilkan film yang memuaskan. Dari 5 film yang pernah dibuatnya, saya pernah melihat 4 film yaitu Seven, The Game, Fight Club dan Panic Room. dari keempat film tersebut, terlihat sekali kemampuan David Fincher dalam mengolah cerita. Dia tahu banget bagaimana bercerita, bagaimana menyampaikan cerita dengan menarik. Sebuah kemampuan yang tidak dimiliki oleh setiap sutradara. Kini dia hadir dengan karya ke enamnya yakni ZODIAC.

Film ini dibuat berdasarkan kejadian nyata yang mengguncang Amerika sekitar tahun 60-an hingga 70-an. Sebuah serial killer yang tidak pernah terungkap yang dilakukan oleh seseorang yang menamakan dirinya dengan Zodiac. Meskipun bercerita tentang pembunuh berantai, jangan berharap ketegangan seperti yang ditampilkan dalam Seven ataupun Panic Room. Film ini lebih berfokus kepada kehidupan orang-orang yang tertarik mendalami kasus Zodiac tersebut. Bagaimana kasus ini “menghantui” hidup ketiga tokoh utama dalam film ini ( Robert Downey Jr, Jake Gyllenhal dan Mark Rufallo). Meskipun demikian keberadaan Zodiac lantas dikesampingkan. Zodiac disini masih ditampilkan secara pas sesuai kebutuhan. Kita masih diajak untuk melihat kesadisan aksi Zodiac.
Detail kasus ini digambarkan sedemikian rupa. Naskah Cerita diambil dari buku tulisan Richard Graysmith yang di dalam film diperankan oleh Jake Gyllenhall. Tokoh-tokoh lain dalam film juga ada dalam kejadian nyata.
Kisah dalam film ini merupakan kisah yang panjang. Selain durasinya yang panjang ( lebih dari 2,5 jam!), film juga menggambarkan rentang kasus secara kronologis mulai dari akhir 60-an sampai dengan awal 90-an. Di akhir film, ditulis perkembangan kasus hingga tahun 2004. Pada salah satu adegan, perubahan waktu digambarkan dengan sangat menarik, yakni dengan menggambarkan pembangunan sebuah gedung.
Karena panjangnya durasi dan perjalanan kasus, butuh tenaga ekstra melihat film ini. Durasi yang panjang di satu sisi bisa memberi hal positif dalam menggambarkan perkembangan kasus secara detail, tetapi di sisi lain bisa membuat penonton bosan. Apalagi bila didalamnya minim “letupan” cerita. Tetapi untungnya, seperti yang telah diutarakan diatas, film ini ditangani oleh David Fincher yang mempunyai kemampuan menghantarkan cerita yang baik, membuat film ini menjadi lebih enak dinikmati, meskipun pada beberapa bagian sempat membuatku tertidur.
Ketiga tokoh utamanya digambarkan dengan imbang dan cukup. Pada saat tertentu tokoh yang satu lebih banyak perperan, tetapi pada bagian yang lain, giliran tokoh yang lain untuk tampil.
Kelebihan dari film ini adalah keterampilan sutradara dalam mengolah gambar, sehingga sedikit meminimalisir cerita yang sedikit melelahkan. Melihat Zodiac, kita diajak bertamasya mata melihat Amerika di era akhir 60-an dan awal 70-an. Sutradara memberikan gambaran yang cukup memanjakan mata. Hal ini diperkuat dengan sudut pengambilan gambar yang menarik. Tidak akan mengherankan kalau nantinya film ini memperoleh nominasi Oscar untuk kategori Sinematografi dan Art Direction ( untuk usaha menanam 24 pohon oak seperti dalam kejadian asli? ).
Dari yang aku baca, film ini merupakan film pertama yang secara utuh menggunakan kamera digital Thomson Viper. Mungkin ini yang menyebabkan gambar yang ditampilkan terlihat lain, baik dari segi kejernihan gampar ataupun dalam penangkapan warna yang menurutku lebih soft. Dalam hal ini aku kurang faham.
Satu hal yang aku tangkap dari film ini adalah, ketidakberhasilan penegak hukum dalam mengurai kasus ini disebabkan kurangnya koordinasi antara penegak hukum di wilayah yang satu dengan penegak hukum di wilayah yang lain.
Aku tidak bisa bilang film ini bagus, karena terus terang agak sedikit berat mengikuti alur cerita, tetapi film ini menarik untuk disaksikan. Tapi satu yang pasti, film ini tidak jelek. 3/5

No comments: