Saturday, May 19, 2007

KALA, Noir dan Mistis

KALA Fim Noir dengan aroma mistis
[by ; hery subyanto]

Sambutlah film dengan genre baru. Fim Noir dengan aroma mistis. Dan ini hanya ada di Indonesia. KALA judulnya.

Seperti halnya film noir produk Hollywood, KALA menampilkan gambar-gambar yang memikat mata. Pencahayaan yang kelam, permainan bayangan, setting tahun 40/50-an dan kepulan asap rokok dari bibir para tokohnya. Ditambah dengan alunan musik jazz dan kostum yang didominasi warna-warna netral (tanah).Dan jangan dilewatkan unsur kekerasan dan seks yang kental hadir di film noir.

Jenis Film : THRILLER

Pemain : FACHRI ALBAR, SHANTY, FAHRANI, ARYO BAYU
Sutradara : JOKO ANWAR
Penulis : JOKO ANWAR
Poduser : MANOJ PUNJABI
Produksi : MD PICTURES
Durasi : 100 min

KALA mencoba menggambarkan sebuah negara (Indonesia?) dimana masyarakatnya digambarkan sedang mengalami gejolak dan kekerasan ada dimana-mana. Kekerasan yang kerap hadir ini menjadikan rakyat menjadi mati rasa. Tidak ada rasa peduli antara yang satu dengan yang lain. Sifat saling curiga tumbuh di hati mereka. Paralel dengan kondisi Indonesia paska reformasi kan?
Kesulitan hidup mendorong manusia untuk mencari pegangan yang lebih meyakinkan bagi hati dan pikiran mereka. Mereka lari kepada hal-hal supranatural untuk menjawab hal-hal yang membingungkan mereka yang sebenarnya bisa dijelaskan dengan sederhana. Mereka rindu akan hadirnya seseorang ( Ratu Adil? ) yang bisa membawa mereka keluar dari kesulitan hidup.
Hal inilah tampaknya yang ingin disampaikan oleh pembuat film. Mereka seakan-akan mentertawakan kondisi bangsa yang absurd. Ketika sejarah bangsa lain dipenuhi dengan hal-hal yang berbau ilmiah, bangsa kita selalu diributkan dengan hal-hal mistis. Kalau begini terus, kapan bangsa ini akan maju? Padahal dalam Deception Point - nya Dan Browng disebutkan negara yang kuat adalah negara yang menguasai teknologi ( baca: ilmu pengetahuan) .Pembuat film juga mencoba menyindir film-film horor kita dimana hantunya dengan kurang ajar muncul dimana-mana, entah siang ataupun malam, dan membunuh manusia. Padahal dari yang pernah aku baca kita tidak bisa bersentuhan dengan dunia lain. Berkomunikasi masih bisa. Masih ingat dengan Sixth Sense?
Banyak hal yang absurd dalam film ini. Hal ini tampaknya disengaja oleh pembuat film.
Secara keseluruhan film ini sangat enak dinikmati. Ketegangan terjaga dengan baik. Misteri yang melingkupi cerita dalam film ini dibuka pada saat yang tepat. Para pemainnya mayoritas bermain bagus, kecuali untuk Shanty yang menurutku kurang noir. Seneng melihat Frans Tumbuan terbelah jadi dua. Fachri Albar tampil dengan gestur yang meyakinkan mirip Mr. Bean ( meskipun aku kurang paham kaitan penyakit dia dengan tema film ).
Tapi mendekati akhir film ada hal yang mengganggu logikaku. Ketika terjadi pembantaian di dalam bis. Heran bagaimana si pembantai bisa masuk ke dalam bis, padahal sebelumnya dia berada di tempat lain yang menurutku tidak dekat dengan lokasi pembantaian. Untuk pembantaian yang lain masih bisa diterima akal. Kalau dia dibantu oleh yang "ngemong" dia atau punya kekuatan sakti, hal tersebut menjadikan film ini menjadi absurd yang tidak sengaja dan tidak konsisten dengan pendapatnya tentang hantu.
Terus si polisi yang digambarkan mempunyai hubungan sejenis. Adegan ini bisa dihilangkan. Padahal karakter polisi sudah terlihat kuat (jujur dan pembela kebenaran), tanpa digambarkan dia memiliki hubungan sejenis.
Tokoh Shanty juga bisa diganti dengan tokoh lain, karena terlihat kehadirannya hanya untuk menambah konflik semakin "panas".
Meskipun demikian, film ini memberikan sesuatu yang beda.Ada super heronya lho! Pemunculan setan cukup membuat kita teriak kaget.3/5

No comments: